Rumah Mewah dan Hemat Listrik

Kamis, 18 Maret 2010

Hemat Listrik 30% dan Air Hingga 50% Dengan GREEN DESIGN

Konsep green design sebenarnya sudah lama dikenal. Di negara maju, upaya menciptakan karya arsitektur ramah lingkungan sudah dimulai sejak pertengahan abad 20. Konsep ini lahir berkat kesadaran para perancang profesional yang terkait dengan bidang pembangunan, seperti arsitek, perancang interior dan perancang lansekap terhadap pentingnya kelestarian lingkungan terutama pada perumahan. Inti dari green design adalah dimasukkannya lingkungan sebagai bagian penting pada perencanaan karya arsitektur.

Rumah yang tidak dirancang harmonis dengan alam bukan saja membuat penghuninya tidak nyaman, tapi juga boros biaya. Benarkah ?
Membayangkan hunian kita dilengkapi oleh AC sebagai pendingin ruangan disaat angin sungguh tak melegakan keluar masuk ruangan, dan lampu-lampu sebagai penerang disaat siang hari tak juga menjamin sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah, adalah bagian kecil dari tak harmonisnya desain rancang bangun rumah dengan lingkungan. Meski demikian, masih saja masyarakat kita secara sadar melakukan cara-cara ‘klasik’ moderen ini sebagai solusi praktis. Padahal alam akan mendatangkan manfaat cukup besar jika rancang bangun hunian berorientasikan pada green architecture (arsitektur hijau) yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan.

Lewat konsep green design inilah, perancang tampaknya mencoba berdamai dengan alam. Jadi, kalau akan membuat rumah, bukan hanya fokus pada rumahnya saja, tapi juga lingkungan sekitar rumah. Ada beberapa prinsip dasar green design, yaitu pertama hemat energi. Suatu bangunan haruslah dirancang untuk bisa bersahabat dengan sumber energi, yakni cahaya matahari. Karena itu, penting dipertimbangkan sistem sirkulasi udara maupun pencahayaan. Salah satu langkah konkretnya, misalnya dengan membuat banyak bukaan pada rumah. Bisa dengan memasang jendela dan pintu berukuran besar, menggunakan atap atau genteng yang tembus cahaya, dan ventilasi. Kedua hemat air. Contoh langkah penghematan air misalnya menggunakan shower di kamar mandi. Selain itu, bisa juga dibuat bak penampungan air hujan di mana airnya bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Adanya ruang terbuka hijau bisa dikatakan menjadi syarat mutlak konsep green design. Sebuah rumah atau bangunan haruslah mempunyai lahan terbuka hijau yang ditumbuhi aneka tumbuhan sebagai penyuplai oksigen. Tumbuhan juga bisa berfungsi sebagai penyerap air, membuat udara menjadi lebih sejuk, dan membuat rumah menjadi indah dipandang. Yang tak kalah penting adalah pengelolaan limbah rumah tangga. Limbah bangunan dan rumah tangga merupakan salah satu penyumbang terbesar pencemaran tanah dan air. Karena itu perlu direncanakan proses konstruksi dan operasional bangunan dengan sangat hati-hati agar limbahnya bisa ditangani dengan proses yang ramah lingkungan. Ini bisa dilakukan dengan merancang sistem pembuangan yang terencana. Membiasakan diri untuk tidak terlalu banyak menghasilkan sampah plastik, deterjen, dan menyediakan tempat sampah dengan jumlah memadai di lingkungan rumah. Dan sebaiknya, pembuangan sampah organik dan non organik pun dilakukan terpisah dan khusus, tidak asal dibuang ke saluran pembuangan.

Jogja Green Design
Masyarakat Yogyakarta, dengan kekhasan budaya, sosio culture, aktifitas ekonomi, dari masa ke masa telah melakoni aktifitas arsitektural yang cukup sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan kawasan Yogyakarta yang ramah lingkungan. Menurut pendapat Agus Handoko yang mengibarkan bendera MAA Arsitektur, diantara masyarakat Yogyakarta sendiri masih ada sebagian yang belum sepenuhnya memahami dan melaksanakan aktifitas-aktifitas arsiteknya dengan mengacu kepada prinsip-prinsip kearifan dan kelestarian lingkungan.
Perancangan ramah lingkungan atau dikenal sebagai green design merupakan sebuah spirit atau roh, yang menjadi semangat, energi, emosi dari siapapun yang sedang melaksanakan aktifitas pembangunan. Telaah mengenai green design, bukan pula merupakan sesuatu yang trend – trendy – gaya sebuah bangunan/model. Dalam mendesain, ada kebebasan mengekspresikan seluruh komponen-komponen desain yang ada, tetapi melewati tahapan-tahapan yang sudah dikategorikan oleh perancangan green, sehingga pada gilirannya jika itu sudah teradaptasi, terkolaborasi, terkonsolidasi, muncullah sebuah desain yang tidak uzur secara gaya/model.

Menjual Lingkungan
Kata sepakat bahwa bisnis orientasi inilah yang sebenarnya menjadi tema-tema penting bagi para developer di Yogyakarta saat ini, meski sudah ada sebagian yang memulai untuk tidak saja mengedepankan aspek-aspek bisnis semata, tetapi mulai mensejajarkan antara aspek lingkungan yang memang harus memberikan kontribusi positif pada kawasan yang mereka develop. Maka aspek-aspek positif ini yang diberdayakan dengan cara membuat komposisi antara fasum, lansekap, open space dengan berimbang. Ini menjadi sebuah kebutuhan berbudaya. Tidak hanya menjadi kiat-kiat praktis, tetapi peran-peran penting dari pihak terkait, pemerintah daerah setempat, misalnya, yang justru bisa memberi koridor-koridor penting yang akan menjadi pola-pola yang dilalui para developer.
Proyek percontohan kawasan atau perumahan dengan konsep green design yang berjalan sebagai eksperimen, adalah salah satu cara yang bisa diperkenalkan kepada masyarakat yang cenderung mudah mengadopsi sebuah produk perumahan. Bahwa aspek lingkungan juga memegang peran penting dalam tingkat kelarisan produk perumahan. Hal ini sudah dimulai di kota-kota kecil yang lain, bukan hanya Jakarta, Bandung; kota Malang, misalnya, lingkungan diperlakukan secara maksimal oleh developer. Harapan dari proyek ini adalah tumbuhnya respon market terhadap produk gaya perumahan itu sehingga berkembang, dan tidak melulu dipaksa hanya mengutamakan aspek bisnis semata.
Memang, semua kembali pada pasar. Karena ini masalah selera. Secara naluriah masyarakat mudah sekali diajak menyukai sesuatu yang asri. Jika pasar sudah memilih produk tertentu, produsen manapun akan mengikuti. Developer dengan observasi khusus, dengan telaah statistik marketing mereka, akan berani mengarah pada satu produk tertentu yang lebih mendekati selera itu. Misalnya, membuat kawasan perumahan yang tidak banyak, tetapi dibuat dengan komposisi taman dan model bangunan yang menyerupai betul apa yang dimaksud dengan green design. Lalu dilihat responnya bagaimana, harga, dan lain-lain.


Bangunan Ramah Lingkungan Syaratkan Efisiensi.
Konsep bangunan ramah lingkungan (green building) didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan. Di Indonesia akses energi terbarukan masih lemah. Suplai energi listrik untuk properti hanya mengandalkan PT. PLN yang belum menggunakan sumber energi terbarukan.
Di banyak negara, penerapan konsep green building terbukti menambah nilai jual. Namun, di Indonesia masih butuh proses edukasi panjang. Hingga saat ini kebanyakan pelaku bisnis properti di Indonesia masih enggan mengadopsi sistem tersebut karena dianggap mahal, sulit, dan tidak layak secara bisnis. Kendati biaya konstruksi awal bertambah sekitar 2 persen dari bangunan konvensional, namun return yang diperoleh properti itu dalam jangka waktu 20 tahun bisa mencapai sepuluh kali lipat atau sekitar 20 persen dari tambahan biaya yang dikeluarkan. Pengembalian ini, diperoleh berkat biaya operasional yang dapat ditekan antara lain dengan penghematan biaya listrik 30 persen dan air hingga 50 persen.
Selain itu, implementasi konsep ini juga menunjukkan tindakan moral pelaku properti yang peduli terhadap isu pemanasan global, dimana mereka tidak hanya memikirkan keuntungan semata, namun juga prihatin terhadap masalah global.

Setiap Kota Beda
Dengan rancangan yang baik dan peduli pada lingkungan, diharapkan menjadi sebuah kekuatan untuk menghasilkan nol polusi (the power of zero to reducing pollution). Saat ini para praktisi dan arsitek di seluruh dunia menjadikan green building sebagai wacana utama dalam menghadirkan lingkungan yang asri dan ramah lingkungan. Bangunan yang ramah lingkungan adalah bangunan yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Rancang bangun dan bahan bangunannya dibuat dengan konsep yang ramah lingkungan, di dalam ruangan dan lingkungan sekitarnya terdapat penghijauan. Penerapan green building akan menciptakan satu lingkungan yang hijau dan ramah lingkungan (green city).
Ada lima langkah (route) menuju green city. Yaitu, penggunaan lahan dan bentuk kota (compact development), lingkungan hunian dan kehidupan di dalamnya (high density living), mobilitas dan transportasi (transportation oriented), keseimbangan ekologi di perkotaan (ecology in the city), dan arsitektur bangunan yang ramah lingkungan dan hemat energi (eco-friendly architecture).
Konsep green city tidak hanya tentang pengelompokan bangunan dengan energi yang efisien, namun tata ruang bangunannya yang membentuk dan menggaris kota juga harus membentuk visi yang sama. Konsep green building bisa diterapkan untuk negara tertentu dan tidak cocok untuk negara lain. Mungkin di Singapura bagus, tapi belum tentu konsep serupa bisa diterapkan di negara lain yang musimnya berbeda. Penerapan di beberapa kota di Indonesia, pun tak selamanya sama. Artinya, kekhasan dan karakteristik kota atau wilayah menjadi poin yang tidak bisa di nomor sekiankan. Mengedepankan kondisi lokal secara fisik dan sosial, serta keterkaitan dengan ekologi lokal.

Semua Pihak Punya Peran
Konsep dan strategi green building tidak bisa hanya dilakukan oleh pengembang atau arsitek, tetapi semua pihak, termasuk pemerintah. Jika hanya arsitek dan pengembang saja yang berupaya menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, hasilnya tidak akan maksimal bila lingkungan sekitarnya tetap tidak peduli.
Masyarakat sebagai penentu pasar, harus punya keberanian memilih perancangan mana yang layak diterapkan di hunian mereka, tidak hanya mengikuti keinginan-keinginan yang sifatnya trendy saja, tetapi makin berani melihat apa yang ada di ekosistem. Biarpun kecil, biarpun besar, biarpun hunian itu berada di tengah perumahan yang jalannya sempit, biarpun berada di tengah kota, biarpun berada di desa, biarpun berada di lereng-lereng persawahan, tetapi tidak ada yang lebih penting selain berani menjaga lingkungannya. Keberanian untuk memutuskan berprinsip “green”. ■


Naskah : Via Christy
RumahJogja

Read More......

Tips Memilih Rumah

Memilih rumah bisa dikatakan gampang-gampang susah, mengingat harganya yang tidak bisa dikatakan murah dan biasanya juga akan digunakan seumur hidup maka diperlukan pertimbangan yang matang sebelum kita menjatuhkan pilihan kepada salah satu proyek perumahan yang kita incar. Berikut ini beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih sebuah rumah:

Faktor Internal
Yang termasuk dalam faktor internal ini adalah hal-hal yang terkait langsung dengan rumah yang kita incar diantaranya adalah fisik bangunan, utilitas, posisi rumah dari jalan utama, dan lingkungan dalam perumahan itu sendiri.

Penilaian terhadap fisik bangunan bisa kita tinjau dari eksterior, interior, maupun kualitas bangunannya. Dari sisi eksterior kita bisa menilai model rumah tersebut apakah minimalis atau klasik; seberapa banyak cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam rumah; seberapa bagus sistem ventilasi udara yang disediakan sehingga menjamin pertukaran udara yang baik; kesan megah dan luas serta estetika atau keindahan bangunan yang terlihat saat kita memandang rumah tersebut; dan adakah sisa lahan di belakang kamar utama yang dapat kita kembangkan menjadi kamar mandi dalam misalnya. Dari sisi interior kita bisa mempertimbangkan layout denah yang ditawarkan, apakah menyebabkan ruangan terkesan sempit atau sebaliknya dan apakah perpindahan manusia dari satu ruang ke ruang lainnya dapat dengan mudah dilakukan, berapa jumlah kamar tidur yang sudah disediakan dan adakah kamar untuk pembantu; bagaimana dengan ketinggian plafon rumah, apakah cukup tinggi sehingga memperbesar kesan luas ruangan; bagaimana dengan jarak septictank dengan sumber, tandon, atau pipa air bersih, apakah sudah memenuhi syarat lebih dari 5 meter, bagaimana dengan volume septictank itu sendiri, volume yang besar tentu akan memperpanjang periode pengurasannya yang berarti lebih menghemat biaya. Dari segi kualitas bangunan, hal-hal yang harus kita perhatikan diantaranya adalah struktur bangunan, sudahkah bangunan tersebut dibangun dengan struktur beton bertulang; bagaimana pula pondasinya, ceker ayam atau batu kali, batu kali utuh atau batu kali belah, sudah memperhitungkan kekuatan jika kita ingin menambah lantai atau belum; kemudian apa bahan untuk dindingnya, hebel, bata merah, atau batako, dan adakah retak rambut pada dinding; bagaimana dengan dinding pemisah dengan rumah sebelah, sistem tunggal atau kopel; kayu apa yang digunakan untuk pintu dan kusen-kusen jendela, kamper oven kah, kamper non oven, meranti atau bahan lain; bahan apa yang digunakan untuk bak kamar mandi dan wastafel serta kloset; bahan apa yang digunakan untuk rangka atap, galvalum atau masih menggunakan kayu; jenis bahan plafon yang digunakan apakah sudah dari gypsum; gentengnya, beton, keramik, atau genteng biasa; dan terakhir finishingnya, bagus atau tidak.

Penilaian utilitas yang bisa kita lakukan diantaranya adalah ketersediaan air bersih, apakah sumbernya dari PDAM atau masih menggunakan sumur tanah; sudahkah jaringan listrik tersedia di sana dan berapa daya yang diberikan oleh developer; apakah jaringan telepon sudah siap sambung; adakah pipa distribusi gas bumi untuk perumahan di perumahan tersebut; bagaimana dengan sistem utilitasnya, apakah di atas tanah atau ditanam dalam tanah; terakhir bagaimana kerapihan utilitasnya seperti peletakan meter, pipa, valve, kabel dan lain-lain.

Dari posisi rumah dari jalan utama kita dapat menilai seberapa strategis tempat tersebut, apakah mudah dicapai dari jalan utama atau malah sebaliknya. Hal ini biasanya juga terkait dengan ketersediaan angkutan umum di sekitar tempat tersebut, semakin dekat dan mudah aksesnya dari jalan utama maka biasanya akan semakin banyak pula angkutan umum yang tersedia.

Lingkungan dalam perumahan yang dapat kita jadikan bahan pertimbangan diantaranya adalah ROW jalannya; jenis jalan lingkungan apakah beton, aspal, atau paving; fasilitas umum apa saja yang disediakan; sistem keamanannya, cluster atau non cluster, bagaimana akses masuk lingkungan terbatas atau bebas, dan adakah satpam yang disediakan developer serta berapa jumlahnya; bagaimana dengan kebersihan lingkungannya, apakah dikelola oleh developer atau tidak, bagaimana saluran pembuangan air kotornya, apakah lingkungan tersebut termasuk daerah rawan banjir, dan bagaimana penerangan jalannya.

Faktor Eksternal
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan faktor eksternal ini adalah jarak dan waktu tempuh dari lokasi perumahan tersebut ke tempat aktifitas kita sehari-hari, apakah melewati titik-titik kemacetan, adakah jalur alternatifnya; bagaimana transportasi umumnya; berapa jarak lokasi dengan tempat-tempat yang dianggap penting seperti pintu tol, pasar, tempat ibadah, rumah sakit, tempat-tempat makan dan hiburan, terminal bus antar kota, stasiun kereta api, bandara, dan kantor-kantor pemerintahan; bagaimana dengan tingkat polusi di sekitar tempat tersebut, biasanya untuk daerah yang dekat kawasan industri tingkat polusinya akan lebih tinggi; selanjutnya adalah apakah daerah di sekitar tempat itu bebas banjir; dan terakhir perhatikan juga faktor resiko bahaya yang mungkin mengancam seperti misalnya kalau di Sidoarjo adalah seberapa dekat perumahan tersebut dengan lokasi bencana semburan lumpur sidoarjo.

Faktor Legal
Biasanya faktor legal terlupakan oleh kita saat memilih rumah idaman, padahal faktor ini sangat penting untuk diperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan disini adalah jenis sertifikat tanah yang diberikan, apakah SHGB atau sudah SHM; bagaimana status tanah tersebut, jangan sampai terjebak membeli rumah di atas tanah sengketa atau yang sedang dijaminkan; perhatikan pula reputasi dan track record developernya, bisa dipercaya atau tidak.

Faktor Ekonomis
Akhirnya, setelah mempertimbangkan berbagai faktor di atas, faktor ekonomis inilah yang akan menentukan jadi tidaknya kita membeli rumah tersebut. Yang perlu jadi bahan pertimbangan adalah luas tanah dan bangunannya dibandingkan dengan harga yang ditawarkan serta kemampuan keuangan kita sendiri. Utamakan memilih luas tanah yang lebih besar dengan harga yang sama meskipun luas bangunannya lebih kecil, karena cepat atau lambat kita pasti akan merenovasi rumah yang kita tempati.

Read More......

Rumah Sehat

Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain:
1. Sirkulasi udara yang baik.
2. Penerangan yang cukup.
3. Air bersih terpenuhi.
4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran.
5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor.




Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
1. Bahan Bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :
• Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3
• Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
• Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
• Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara
• Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus¬ dilengkapi dengan penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
f. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
6. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang di rumah.
7. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.
9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur”
Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan, Rumah harus mempunyai fungsi sebagai :
1. Mencegah terjadinya penyakit
2. Mencegah terjadinya kecelakaan
3. Aman dan nyaman bagi penghuninya
4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial



Read More......

4 kriteria rumah sehat

Minggu, 14 Maret 2010

Rumah sehat adalah rumah idaman.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang, pangan dan kesehatan . Oleh karena itu rumah haruslah Sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktifitas.

Kontruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.

  1. Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
  2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
  3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayan dan penghawaan yang cukup.
  4. Memenuhi persayaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, posisi garis sempadan jalan, kontruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Read More......

Visi

Jika kita sedang berlibur ke Luar Negeri, tidak sedikit yang kita jumpai warga Indonesia yang juga sedang berlibur bahkan mereka tinggal disana. Blog ini mempunya satu tekad untuk me-“melek”-kan mata warga Negara ini bahwa di Negara ini juga ada tempat tinggal yang sudah bisa dikatakan lebih dari layak untuk dijadikan hunian. Bahkan tidak perlu mengeluarkan modal yang cukup mahal.

Misi

>Memperbanyak bangunan yang layak untuk dihuni.

>Semakin mempercepat program pembangunan di Negara ini.

>Memperbanyak iklan tentang bangunan mewah, misalnya dengan blog ini.


ANALISIS SWOT

Kekuatan

>Bangunan mewah yang sudah layak untuk dihuni tetapi harganya sangta terjangkau.

>Semua Produk yang ada mudah untuk ditemukan.

>Produk yang ditawarkan berani bersaing dengan Produk-Produk luar negeri.

Kelmahan

>Kecelakaan yang tidak diduga-duga dan sangat tidak diinginkan tentunya.

Peluang

>Dengan harga yang cukup terjangkau, membuat kita tidak perlu berfikir dua kali untuk menjadi konsumen produk ini.

>Gengsi rakyat Negara yang tinggi dan suka dengan yang berbau kemewahan, produk ini merupakan salah satu produk yang tepat.

Ancaman

> Mungkin karena banyaknya pengusaha yang mempunyai prinsip sama, yaitu memajukan pembangunan di Negara ini, maka itu merupakan suatu hambatan yang tidak bisa disepelekan.

PASAR YANG DIBIDIK

Untuk warga menengah cukup untuk menghuni rumah-rumah kami.

STRATEGI PEMASARAN

Kami menggunakan strategi yang sederhana, yaitu dengan memberikan pelayanan yang memuaskan dan Produk yang bersaing.

PASAR YANG DIBIDIK

Untuk warga menengah cukup untuk menghuni rumah-rumah kami.

STRATEGI PEMASARAN

Kami menggunakan strategi yang sederhana, yaitu dengan memberikan pelayanan yang memuaskan dan Produk yang bersaing.